Belasan tahun silam, tepatnya tahun 94/95 saya pernah membuat band bersama teman teman SMA dengan alasan sederhana, bahwa sejak jaman Ir. Soekarno menjadi ketua OSIS hingga peradaban menye menye sekarang ini mitos sebagai anak band akan selalu menjadi impian laki laki yang baru puber. Pengen dianggap gaul, terkenal, bahasanya dulu "ngerek". Sungguh kami mengalami sesat berfikir waktu itu. Namun percayalah menjadi anak band memang tak seindah yang kami bayangkan. Bahkan sampai sekarang! Berikut pengakuan saya :
Di posisi bass ada Wahyu Prasetyo Adi. Jago menyelesaikan soal matematika yang rumit. Saking rumitnya dia pernah mengajak saya membawakan "Fade to Black" - Metallica. Jelas saya tolak dengan alasan cewek cewek gak ada yang mau dengar lagu kayak gitu. (padahal itu lagu rumitnya memang setengah modar dan yang pasti saya gak bisa). Secara fisik, cowok satu ini kelewat tinggi untuk ukuran teman teman apalagi untuk saya atau Niken Mustikasari. Ya jelas saya minder kalo di foto bareng dia pas lagi show. Alih alih memegang alat musik, saya pasti disangka lagi ndlosor benerin kabel konslet diatas panggung. Wahyu ini anak pendiam tapi sangat biadab dalam porsi makan. Muka cina tapi selera perut persis eutopia. Laper terus bawaannya. Cara mikirnya sangat sederhana tapi tidak untuk urusan makan. Mungkin sudah menjadi takdir, kita bisa dengan mudah membedakan mana perut priyayi mana perut kuli. Pernah suatu ketika dalam sehari dia menghadiri tiga undangan ulang tahun, dua undangan Yasinan hanya untuk makan. Mudah mudahan sekarang dia sudah insaf dan kembali ke jalan yang benar. Terakhir tersiar kabar dia jualan alat alat proyek, mulai proyek jalan, proyek gas, hingga proyek asmara (sex toys)? Nggak apa apa yang penting dia hafal pancasila, halal dan berguna bagi nusa bangsa.
Ardyan Setyo Nugroho begitu nama lengkapnya. Cowok ini satu mazhab dengan wahyu soal makan. Konon dia juga berguru kepada fuad Fuad Zigas Safrowi untuk menambah ilmu kanuragan khususnya dalam hal makan. Ajian "Buto Pawon" ia kuasai dengan sempurna. Dia pernah membuat makalah dengan judul: "Michael Jordan - Korelasi porsi makan dan kemampuan melakukan lemparan three point. Sebuah kajian absurditas." Judul itulah yang mengantar Ardyan membelah langit kota Jakarta. Dia memegang drum, tepatnya memukul drum. Dari nara sumber yang saya terima, kemampuan nge drum Ardyan didapat dari eyangnya yang masih turunan ke-11 Raja Siliwangi. Lewat wangsit mimpi tiba tiba ada bisikan untuk membeli s t i k. Stik apa steak ya? Maklum waktu itu hanya bisikan saja, belum ada sms atau WA. Dengan berat hati dia pending dulu selera makan, stik pertama yang dibeli adalah stik billiard. Karena doi gak kuat bayar coin billiard akhirnya bubar. Lalu dia berkonsultasi ke Mama Laurent dan direkomendasi untuk membeli stik golf. Gagal juga. Tinggal dua: beef steak apa stik drum? Setelah sholat tahajud tiga malam dia memberanikan diri membeli stik drum. (meskipun dia mengingkari perut sendiri yang lebih memilih beef steak). Jadilah dia kami dapuk menjadi penabuh drum. Gak perlu les dan belajar sana sini. Kakeknya yg masih keturunan Raja Siliwangi sudah membekali dengan insting ketukan dan tempo dengan presisi. Saya satu bangku dengan dia. Satu nasib juga waktu itu. Jomblo! Bedanya dia jomblo bahagia karena banyak fans cewek, kalau saya jomblo ngenes. "You know me so well........."
Bismillahirrahmanirrahim. Saya agak tegang memperkenalkan vokalis saya yang satu ini. Singgih Mahameru. Dalam bahasa Jawa kuno (kawi) Singgih berarti kesungguhan. Dia memang tak pernah main main olah vokal. Pernah puasa gorengan dua bulan gara gara pengen banget punya suara kayak Glenn Fredly. Apes, kepleset pita suara malah jadi kayak Waljinah. Vibrasi keluar mantab meski giginya pernah rampal membentur dinding kolam renang. Ada kejadian konyol, gigi palsunya pernah nyangkut di lemper dan hampir tertelan. Tapi jangan salah, tak sedikit cewek cewek yang melting sama singgih, tentu bukan karena suara merdu tapi dengan kekonyolan dan keluguannya. Dialah cowok paling cool diantara kami, konsultan mode waktu itu. Mulai potong rambut sampai potong celana kami serahkan sepenuh hati ke dia, gratisan. Dia pernah curhat seandainya dia mau pasang tarif waktu itu konon dia sudah bisa membeli telaga Ngebel lengkap dengan ikan dan perahu perahu diatasnya. Ya sudahlah kita maklumi saja mungkin dia sedang mengidap delusional disorder.
Masih di vokal. Nama Meilina Rahmawati tentu tak asing lagi di belantara rimba asmara SMAZA 97. Bahkan Rachel Maryam pun sampai sekarang mengabadikan fisik vokalis saya ini dalam potongan rambut. Teman saya yang lain, Husnul Fuadi juga pernah berusaha neniru gaya rambut meilina. Sayang gagal total, kebablasan malah seperti Mbah Surip. Meilina sukses besar membawakan lagu Cranberries - Ode to My Family, meski waktu itu saya sempat nggrundel. Tau kenapa? Ini sungguh penghinaan besar terhadap vokalis Cranberries. Dolores O'Riordan kan berambut cepak dan lurus, sementara vokalis saya? Beruntung Meilina sudah terkenal dan punya banyak fans sebelum jadi vokalis, jadi gak banyak yang protes (kecuali saya). Andai dulu management artis sudah booming pasti sekarang dia juga main sinetron, ikut kuis eat bulaga, ikut uji nyali dan uka uka. Saya haqqul yakin dengan hal itu. Perlu digaris bawahi dan di stabillo: Dialah pengkhianat sejati diantara kami! Kami berempat Jomblo blo blo. Lhah dia?
Tahun 2009 kemarin kami berlima bertemu dalam halal bihalal. Dua hal yang ingin saya kabarkan: Kabar buruknya ternyata tak banyak yang berubah, tetap konyol cenderung tambah saraf. Kabar baiknya kami sudah punya pasangan dan momongan. Di acara kangen kangenan itu Singgih menawarkan untuk membuat album "best of the best" - semacam kumpulan lagu lagu terbaik yang pernah kami lantunkan. Saya hampir stroke stadium akut mendengar hal itu. Dia nggak peduli. Dia siap menjadi produser. Bahkan diam diam dia sudah mempersiapkan serangkain tour dengan sponsor tunggal sarung Cap Gajah Duduk. Dia terobsesi dengan Monata dan New Palapa - group dangdut koplo yg sudah malang melintang di jagad saweran.
Dari raut muka dan gestur tubuh, saya bisa dengan mudah menebak kalau Wahyu tidak tertarik dengan tawaran singgih. Selain sibuk di internet marketing sekarang ini, secara spiritual dia sedang menggarap musik Metal. Melo total. Aa' Gym dan Ustad Yusuf Mansyur masuk dalam waiting list untuk bisa membawakan aransemen lagunya. Sedangkan Ardyan sekarang sudah banting stir pindah aliran ke musik Jazz. Dia sedang getol getolnya mengoleksi album musisi musisi Jazz kondang, dari Louis Armstrong, Bix Beiderbecke, Ornette Coleman, Duke Ellington hingga Dizzy Gillespie. Bahkan ia tak sungkan sungkan memasang poster Honda Jazz RS Automatic Transmission keluaran terbaru di pintu kamar mandi. Jadi bisa dipastikan ide singgih tidak bisa diterima secara konstitusional di ranah politik permusikannya. Jadilah mereka bertiga berdebat panjang mempertahankan argumen masing masing. Saya hanya tersenyum sambil nyruput kopi, berguman dalam hati: "Sak karepmu. Sak uni unimu. Sak njeber e cangkemmu. Aku rapopo".
"Ini serius bro! Kalau perlu media bisa aku undang untuk konferensi pers sebelum perjalanan panjang tour kita nanti", ujar singgih berapi api.
"Emang kamu kenal dengan awak media?", tanya wahyu.
"Jangan salah coy, aku kenal baik sama yang punya Gema Surya dan RKPD", jawab singgih.
Kopi di mulut saya seketika muncrat. (ben ketok koyo adegan sinetron). Duh Gustiiiii.... Delusional nya ternyata belum sembuh, malah tambah parah. Ardyan yang semula masyuk menikmati sate gule tiba tiba berhenti bernafas mendengar penuturan singgih. Tusuk sate itu jadi susah dilepas karena nyangkut di sela sela kalimat dahsyat yang disuarakan mantan vokalis kami. Terakhir saya baca di tabloid Obor Rakyat ternyata kalimat Singgih itulah yang merubah siklus haid Meilina dan berkorelasi langsung dengan anjloknya popularitas Prabowo dimata masyarakat. Dia dijadikan kambing hitam kekalahan Prabowo-Hatta. Buron nomor satu bagi KMP. Serta disinyalir pemicu perpecahan di tubuh Golkar. Lengkap sudah!
Sebenarnya Meilina memendam semangat mengamini gagasan singgih. Diam diam dia merindukan kegagahan masa muda itu terulang, berinkarnasi pada dimensi lain - ya sekarang ini. Saya sempat berfikir jahat, halah ini pasti hanya short cut buat ketenaran sebagian dari kami. Lalu saya mencoba menengahi perdebatan panjang (tolol) itu :
"Bagaimana kalo kita bikin boy band?"
"Setujuuu!!!!", jawab mereka.
Meilina : "Aku tidak setuju! Kowe kowe ki picek po piye? Aku kan cewek. Mau di taruh dimana kelaminku untuk bisa bergabung dengan boy band macam kalian? Jadi penyanyi latar? Ora sudi! Kalian tau Agnes Mo, Tantri Kotak, Raisa, Evie Tamala, Rena KDI, dan Mirna Parabola? Mereka pernah ngajak duet aku tolak mentah mentah, eee... kalian mau bikin aku jadi backing soda?! (Emang odol? Udah kenceng, salah lagi). Kalau kalian menganggap persahabatan kita ini abadi seperti persahabatan Cinta di AADC tidak akan pernah ada boy band diantara kita. Pokoknya dangdut koplo atau tidak sama sekali. Titik!!!".
Ya Allah, berapa rakaat lagi aku harus bertahajud agar Kau bisa mengabulkan permintaan teman teman kami?
Allahumma baariklana fiima rozaktana wakina adza bannar. Doa apalagi yang harus saya panjatkan Ya Allah....
Di akhir pertemuan itu kami sepakat untuk menunda rencana. Menunggu tujuh purnama untuk kembali bertemu dengan cerita yang lebih tidak bermutu.
Oh iya, waktu nge band dulu saya pegang gitar. Soal skill mungkin sebelas dua belas sama saingan saya Henry Sonang. Sayang waktu itu Henry Sonang harus gantung gitar dan memilih berkonsentrasi memanjangkan rambut daripada mengembangkan skillnya. Sampai sekarang saya kesepian tak punya musuh bermain gitar.
Bye......
0 Comments