New7Wonders dan Masalah Kredibilitas



Kita masih ingat di tahun 2011 - 2012 media massa dipenuhi dengan berita-berita New7Wonders. Kebanyakan berita-berita tersebut mengutip ucapan tokoh-tokoh baik yang mendukung maupun tidak mendukung New7Wonders. Yang disayangkan adalah bahwa pembahasan tidak menyentuh masalah-masalah mendasar New7Wonders, melainkan hanya masalah-masalah yang sifatnya sekunder seperti kantor, kredibilitas, hubungan dengan PBB dan sebagainya.
Jika kita tidak mengetahui fakta yang sebenarnya, wajar jika kita menilai melalui atribut sekunder seperti kredibilitas sang pembawa informasi. Tetapi jika kita telah/dapat mengetahui fakta yang sesungguhnya, maka fakta tersebut harus mendapat prioritas ketimbang hal-hal lain yang sifatnya sekunder seperti kredibilitas pembawa informasi. Memprioritaskan kredibilitas pembawa informasi untuk menilai sesuatu ketimbang fakta yang ada di lapangan merupakan kesalahan berpikir argument from authority.

Fakta yang kita ketahui tentang New7Wonders adalah:
  • New7Wonders mendapatkan keuntungan dari pemungutan suara melalui jutaan SMS premium.
  • New7Wonders mengizinkan voting melalui situs web, tetapi hanya mengizinkan satu suara untuk satu email. Pada pemungutan suara melalui SMS, kita bisa melakukannya sebanyak yang kita mau.
  • Pemilih bisa membeli suara dengan cara ‘membeli sertifikat’. Sama dengan SMS, ini bisa dilakukan sebanyak yang kita mau.
  • New7Wonders secara aktif menganjurkan kita dan rakyat di negara-negara lain untuk memilih berdasarkan sentimen nasionalisme.
  • ‘Pemenang’ ditentukan dari jumlah suara yang tentunya berbanding lurus dengan uang yang disetorkan oleh ‘pemenang’ melalui voting SMS.
  • Setoran dari pihak yang ‘kalah’ tentu saja tidak dikembalikan.
  • Selain membuat situs web dan menobatkan ‘pemenang’, praktis pihak New7Wonders tidak melakukan apapun. Seluruh biaya pemasaran ditanggung sepenuhnya oleh kontestan.
Dari butir-butir itu saja sudah dapat disimpulkan bahwa semua ini merupakan penipuan yang mengeksploitasi rasa nasionalisme kita semua dan rakyat di negara-negara lain. Itu semua sumbernya
Lalu apa hubungannya dengan isu kredibilitas yang sering dibahas media massa akhir-akhir ini?
  • Seandainya New7Wonders memiliki kantor yang besar nan megah, maka hal tersebut tidak mengubah fakta bahwa New7Wonders merupakan penipuan.
  • Seandainya New7Wonders didukung 100% oleh pemerintah, mulai dari presiden, wakil presiden, menteri, wakil menteri dan staf-stafnya, hal tersebut tidak mengubah fakta bahwa New7Wonders merupakan penipuan.
  • Bahkan jika New7Wonders 100% didukung oleh PBB dan lembaga-lembaga di bawahnya, hal tersebut tetap tidak mengubah fakta bahwa New7Wonders merupakan penipuan.
Kredibilitas dibangun dari tindakan. Bukan sebaliknya, baik buruknya tindakan kita nilai dari kredibilitas orangnya. Jika Presiden mendukung New7Wonders, bukan berarti kita simpulkan bahwa New7Wonders itu legitimate, tapi kredibilitas presiden menjadi turun di mata kita semua. Fakta berbicara lebih nyaring dibandingkan kredibilitas orang yang menyampaikannya.
Ambillah contoh jika presiden membuat pernyataan “korupsi itu positif dan harus kita dukung”. Apakah kita akan menyimpulkan bahwa “korupsi itu positif”? Tentu saja tidak! Sebaliknya, kredibilitas presiden akan turun di mata kita semua.
***
Barangkali ada yang berpendapat bahwa yang memanfaatkan rasa nasionalisme kita adalah official steering committee di negara masing-masing, bukan New7Wonders itu sendiri. Untuk itu, saya persilakan kawan-kawan untuk melihat sendiri dokumen ini: n7w-maximise-your-campaign.pdf.
Dokumen tersebut merupakan presentasi yang diberikan pihak New7Wonders kepada masing-masing official steering committee (OSC). Versi yang saya miliki adalah versi yang mereka sampaikan kepada OSC Jeju Island, Korea. Dokumen ini dilabeli status ‘Confidential’, namun berkat kegigihan kawan-kawan dari Korea, kita bisa melihat dokumen ini dengan mata kita sendiri.
Eksploitasi nasionalisme dapat dilihat pada halaman 5-7.
Success in the New7Wonders of Nature is also about the image, pride, reputation and recognition of the country in the world … For Jeju Island, Ensure that everyone sees this as South Korea winning in the world.
Halaman 11-13 berisi penawaran tiga buah program yang mereka tawarkan kepada masing-masing OSC supaya bisa melipatgandakan jumlah suara: official finalist supporter national sponsor, licensed media partners dan  national telephone voting. Ketiga program tersebut harus ‘dibeli’ OSC dari pihak New7Wonders.
Rasanya sudah jelas kalau New7Wonders memang bermaksud untuk mengeksploitasi nasionalisme kita semua.
***
Kembali ke masalah kredibilitas. Satu hal yang dapat kita gunakan untuk menilai kredibilitas seseorang adalah dengan melihat cara orang tersebut menyampaikan kredibilitasnya. Jika seseorang mengatakan “Saya adalah lulusan MIT!”, tapi ternyata terbukti bahwa dia bukan lulusan MIT, maka kredibilitasnya di mata kita akan langsung turun.
Untuk itu mari kita lihat bagaimana cara New7Wonders menyampaikan kredibilitasnya.
Tahun 2007, situs web New7Wonders membuat taut ke situs web UNESCO. Ada banyak media massa yang menyangka bahwa New7Wonders memang memiliki kaitan dengan UNESCO. Khawatir akan efek buruk yang ditimbulkan dari pencatutan nama ini, UNESCO kemudian merilis siaran pers untuk menjernihkan masalah ini.
Salah satu ‘penelitian’ dampak ekonomi New7Wonders yang sering dikutip mereka adalah sebuah tulisan dari Philip Kotler yang dipublikasikan Pearson of London. Singkatnya Kotler mengutip klaim yang ada di situs web New7Wonders, lalu kemudian New7Wonders mengutip balik dan menganggapnya sebagai hasil penelitian yang dilakukan oleh Kotler. Lagi-lagi kawan-kawan dari Korea memiliki analisis mendalam mengenai klaim New7Wonders ini.
(Sebagai informasi, Philip Kotler juga terlibat dalam pemasaran Taman Nasional Komodo, tetapi tidak terlibat dalam hingar bingar New7Wonders ini. Beliau adalah special ambassador for Indonesian tourism.)
Sekarang mari kita lihat halaman 3 dari dokumen presentasi yang disampaikan New7Wonders kepada masing-masing OSC. Di sana, New7Wonders ‘mengutip’ ucapan Zogby International “the largest poll over undertaken on a global basis”, sedangkan kalimat lengkapnya adalah
The number of votes probably make it the largest poll ever undertaken on a global basis, said pollster John Zogby, but that did not make it a scientific exercise. ”At the very least the pollster has to create some kind of sample. However that doesn’t reduce the fact that this is an interesting and intriguing project,” said Zogby, who runs polling organisation Zogby International. (sumber)
Kutipan kedua adalah “the poll itself is a wonder, yang diklaim mereka ditulis oleh Reuters. Sayangnya saya tdak dapat memverifikasi klaim ini karena satu-satunya tulisan itu di Internet adalah sebuah blog di Filipina yang mengutip ucapan Bernard Weber.
Kutipan ketiga adalah “something new to bring the world together” yang diklaim mereka ditulis oleh AP. Tetapi, sama seperti kasus Kotler di atas, ini adalah circular reference. AP mengutip ucapan Bernard Weber, lalu New7Wonders kemudian mengutip kembali dan mereka anggap sebagai tulisan AP.
Terakhir, mereka coba bangun kredibilitas mereka melalui kemeriahan acara puncak New7Wonders di Lisbon tanggal 7 Juli 2007. Yang tidak mereka sampaikan adalah bahwa pada tanggal 11 November 2011 besok, tidak akan ada acara serupa. Setelah kisruh di Maladewa dan Indonesia awal tahun ini, mereka tak dapat menemukan negara lain yang bersedia menjadi tuan rumah acara puncak!
No. Instead of organising one major show event to announce the results, as was the case in Lisbon for the man-made New 7 Wonders of the World, this time N7W will offer the chance to the winners to host seven (or more if there are multi-country winners) major show events in their own countries: the Official Inauguration as one of the New7Wonders of Nature.
Sebagai gantinya, mereka akan menawarkan masing-masing pemenang untuk mengadakan acara di negaranya masing-masing.
Jadi, apa kita masih mau percaya pada New7Wonders?
Baca juga FAQ tentang New7Wonders.

0 Comments

Post a Comment