Joey Alexander?!


Apa pendapatmu tentang Joey Alexander? Bagi saya sih Joey Alexander tuh biasa banget. Ya biasa! Di Indonesia kalo mau sedikit ngoyo banyak kita temukan talent kayak dia, bahkan mungkin lebih. Joey memang punya skill dan kebetulan saat ini ketemu moment serta manajemen yg pas. Anak 12 tahun hasil besutan seorang musisi jazz dan pada akhirnya bisa memainkan musik jazz. Ada yg aneh? Dimana hebatnya? Lain cerita kalo tiap hari si Joey ini latihan piano tapi ternyata malah pinter main karambol. Masalahnya kita ini lho yg tak pernah sembuh dari penyakit gagap. Kagetan dan gumunan! Dan yang gak kalah kampret sikap gagap itulah yg justru kadang memposisikan kita sebagai bangsa yang (selalu) inferior. Inlander!

Sori, saya tidak bicara tentang skill ya, soalnya ada temen yg bilang "gila si Joey pinter banget pianonya, lagunya juga bagus tuh". Ndiasmu! Jangankan untuk bermain piano se "ngawur" Joey, ndengerin iramanya saja saya sudah migren. Sumpah! Dan saya yakin kalianlah yg sok-sokan paham musik khususnya jazz. Pura-pura menikmati sambil menggigit bibir bawah, merem melek persis ekpresi orang yg hampir orgasme. Padahal gak mudeng blas! Boleh dicek? Bongkar koleksi mp3 di hard disk sekarang juga. Apa playlist di hp dan winamp kalian? Paling gak jauh dari kangen band, d masiv, atau duo srigala. Ya kan? Lalu ngapain masih ikutan standing ovation untuk murid Indra Lesmana yg ibaratnya sudah dikaruniai jari "kriting" semenjak dalam kandungan? Atau mungkin kalian termasuk spesies pemakan segala. Mengunyah segala jenis lagu dan berusaha menelan meski terasa mual. Jazz iya, pop masuk, khasidah jalan, koplo oke. Ya sudahlah.

Tapi mengapa ada Grammy? Kenapa harus Joey Alexander? Kenapa gak Via Vallen atau Rita Sugiarto? Kenapa kok jazz? Kenapa kok piano? Siapa yg mengatur selera kita? Kenapa juga harus menepuk dada? Kalian juga belum tentu kenal dan berbangga jika Joey tidak tampil di acara itu. Lalu apa yg membuat kalian begitu bangga membabi buta? Ya karena sikap inlander itu tadi.

?#?ngeprukgitar?